Jumat, 06 November 2009

Perjanjian Dengan Setan

Tersebutlah seorang ulama bernama Abid . Ia tekun menjalankan ibadah. Bertahun tahun lamanya menyembah Alah dan tak pernah berbuat dosa. Sepajang waktu ia sibuk berzikir dan berdoa. Hampir tak pernah keluar dari tempat ibadahnya.

Sementara itu terdengar desas desus banyaknya orang mendatangi sebuah pohon besar untuk keperluan penyembahan. Pohon itu sudah beratus ratus tahun tumbuh didekat kuburan. Sekarang daunnya rimbun dan batangnya kokoh. Entah siapa yang memulai sehingga tempat itu akhirnya ramai dikunjungi orang.
Mereka datang dari berbagai penjuru lalu membakar kemenyan dan berdoa disana. Untuk menambah kesan angker, bagian pohon itu dibalut kain putih. Sungguh menyeramkan !.

Kabar tentang kemusyrikan itu sampai pula ke telinga Abid. “Kemusyrikan itu tidak boleh dibiarkan!” pikir Abid dalam hati.
Sebagai orang beriman, Abid merasa bertanggung jawab untuk meluruskan perilaku mereka. Cara yang dianggap tepat adalah memusnahkan pohon itu.

Sejak pagi Abid sudah sibuk mengasah kapaknya. Lalu bergegas pergi untuk melaksanakan niatnya, menebang pohon tersebut. Tapi ditengah jalan ia dicegat olreh orang yang tak pernah dikenal sebelumnya. Sebenarnya orang asing itu adalah jelmaan setan penunggu pohon besar. Rupanya setan tahu rencana Abid, sehingga ia tak akan membiarkan pohon keramat itu dimusnahkan.

“Selamat pagi Kiai ,“ sapa orang itu ramah sekali.
Dengan ramah Abid tersenyum dan membalas ucapan yang sama. “Tidak seperti biasanya Kiai keluar dari tempat peribadatan. Bahkan aku merasa aneh melihat seorang ulama terkenal berjalan pagi pagi dengan memanggul kapak. Hendak kemanakah, Kiai?” tanya orang yang berlagak akrab itu.

“Aku hendak menebang pohon didekat kuburan,: jawab Abid.

“Mengapa tidak menyuruh orang lain saja,Kiai?”

“Aku merasa bertanggung jawab sehingga harus kulakukan sendiri.”

“Bukankah pohon itu sekarang ramai dikunjungi orang. Bagaimana nanti kalau ditebang ?”.

“Justru karena itulah aku bermaksud merobohkanya. Ya agar tidak lagi dikunjung orang.”

“Kiai terlalu berani. Padahal tindakan Kiai menimbulkan bahaya yang sangat besar bagi keselamatan diri sendiri.”

“Tak perlu ada yang ditakutkan.” Ujar Abid.

“Jika pohon itu dirobohkan, maka mereka yang memujanya akan marah. Bisa jadi mereka beramai ramai membantai Kiai. Termasuk akulah oran yang tak akan membiarkan pohon sembahan itu musnah dari muka bumi.” ujar orang asing itu.

Abid merasa ada firasat tidak baik. Tiba tiba ia jadi curiga kepada orang asing yang sejak tadi mengajaknya bicara. Kedua mata Abid menatap lekat lekat kepada orang itu. Akhirnya Abid sadar, bahwa orang yang ada dihadapannya tersebut adalah jelamaan setan.

“Minggirlah, aku mau lewat!” bentak Abid mulai jengkel.

Orang itu tak mau membuka jalan. Ia tetap berusaha menghalang halangi langkah Abid.

“Tidak! Aku tidak akan mengijinkanmu merobohkan pohon itu !” kata orang tersebut.

Masing masing tak ada yang mau mengalah. Mereka akhirnya bertengkar. Orang itu mengarahkan tinjunya ke wajah Abid. Namun dengan gesit Abid menggeser tubuhnya kesamping. Akibatnya pukulan itu hanya mengenai udara. Abid tak menyia nyiakan kesempatan , secepat kilat ia berhasil menangkap pergelangan tangan musuhnya. Selanjutnya, tanan kiri Abid menyambar bagian leher. Seketika itu musuhnya tak berkutik.

“Kalau sudah begini, apakah kau masih ingin menhalangi niatku?” Tanya Abid dengan nafas tersengal.

“Maafkan aku, Kiai!. Sungguh, aku tak akan lagi menghalangi niat Kiai. Tolonglah, lepaskan cengkeraman ini!” orang asing ini merengek rengek.

Abid pun melepaskan cekalan tangannya. Orang asing tersebut mundur selangkah dan membiarkan Abid pergi. Tetapi baru saja beberapa meter berjalan, tiba tiba Abid diserang dari belakang.

Dengan serta merta Abid membalikkan tubuhnya dan menyerang musuhnya kembali. Ia meancarkan pukulan dan tendangan telak. Denan jitu, kaki Abid mendarat di lambung orang asing itu. Disusul pula dengan pukulan yang mengenai rahang dan pelipis, sehingga orang itu terdesak. Abid tak memberi kesempatan sama sekali. Dengan serta merta, kaki kanannya menjegal kaki kiri musuh. Seketika musuh terjatuh. Abid segera menendang dan menginjak leher musuhnya itu sampai benar benar tak berdaya.

Musuhnya berteriak teriak mohon ampun dan mencoba merayu Abid.
“Ampun. Kiai,lepaskan aku!” pintanya dengan bersikap manis.

“Tidak!, Kali ini akan kupatahkan lehermu,” bentak Abid geram.

Akan tetapi betapa pandainya setan itu membujuk rayu sehingga Abid pun benar benar berubah pendirian. Ia lalu melepaskan musuhnya.

“Kiai, hendaknya jangan buru buru menilaiku jahat. Jangan pula menganggap kalau aku menghalang halangi niat Kiai. Semua ini kulakukan demi kebaikan Kiai. Jika Kiai mengerti maksudku yang sebenarnya, maka tak mungkin Kiai membenciku. Bahkan Kiai akan berterima asih kepadaku,” kata orang itu memulai membjuk Abid.

“Jangan banyak bicara . Katakan saja apa yang kau maksudkan!”

“Sebenarnya sudah lama sekali aku mengamati kehidupan Kiai yang sedrhana dan memprihatinkan. Hatiku jadi ternyuh.”

“Mengapa?”

“Kiai sangat baik, dermawan, sopan, ahli ibadah dan hampir tak pernah berbuat dosa , meskipun pada semut sekalipun. Tapi Kiai tetap saja hidup melarat . Hidup Kiai ternyata lebih buruk jik dibandingkan dengan saudara saudara, teman teman dan orang orang disekitarnya. Alangkah sayangnya jiwa yang murni dan hati ang bersih tetapi hidup dalam kemelaratan.”

“Aku tak butuh harta karena aku lebih suka mendambakan serta berbakti kepada Allah. Karena ibadah yang kulakukan , kelak aku akan mendapatkan pahala dari Nya.”

“Ooo… itu pikiran yang sangat bodoh, kiai. Pikirkan, seandainya Kiai kaya maka akan dapat melakukan ibadah dengan sempurna dan lebih tenang. Ingat Kiai, kemiskinan dapat menjerumuskan orang pada kekafiran. Aku khawatir , kemelaratan Kai akan menyebabkan jadi kafir. Padahal puluhan tahun lamanya Kiai berjuang untuk mencegah dosa. Berpuluh tahun lamanya Kiai tekun menjalankan ibadah. Alangkah sayangnya jika perbuatan baik itu menjadi rsak karena kemelaratan,” kata orang tersebut mempengaruhi pendirian Abid.

Abid tampak diam. Agaknya ia mulai terpengaruh bujukan musuhnya. Pendiriannya mulai goyah. Dalam hati ia membenarkan ucapan yang baru saja didengarnya itu.

Selama ini Kiai hanya sembahyang, hanya berdzikir dan berdoa saja kepada Allah. Sampai sampai tak pernah keluar dari tempat peribadatan. Padahal, diluar banak fair miskin dan anak yatim yang perlu disantuni. Mereka perlu dibantu . Bersedekah merupakan ibadah yang tak ternilai pahalanya. Amat besar , Kiai. Balasannya sungguh luar biasa disbandingkan dengan amalan lainnya.”

“”Maksudmu?” tanya Abid sejurus kemudian .

“Apakah selama ini Kiai pernah bersedekah ? Aku yakin Kiai tak pernah memberi sesuatu kepada fakir miskin dan anak yatim. Sebab Kiai sendiri miskin. Berarti Kiai telah menyia nyiakan kesempatan untuk meraih pahala yang besar.”

“Kuakui, memang aku tak pernah bersedekah. Tetapi aku tekun menjalankan ibadah kepada Allah.” Ujar Abid.

“Nah, itulah kelemahannya.” Kata orang tersebut seakan akan meremehkan. “Sebenarnya harta itu penting. Penting sekali, Kiai!”

Abid tampak manggut manggut. Bibirnya menyungging senyum. Diam diam ia memuji kecerdasan musuhnya itu.

“Kau benar.” katanya menimpali.

“Makanya, aku ingin menjadi sahabat Kiai. Dengarkanlah nasihatku!”

“Katakanlah!”

“Kalau Kiai berkenan di hati, maka sebaiknya niat merobohkan pohon itu diurungkan saja. Jangan diteruskan. Percuma, tak ada hasilnya. Justru Kiai akan terancam. Para penyembah pohon itu akan marah dan berusaha membunuh Kiai. Kumohon dengan sangat, Kiai benar benar memikirkan untung dan ruginya!”

“Maksudmu?”

“Sekarang jawablah pertanyaanku, Kiai ! Besar mana pahala dari bersedekah dibandingkan dengan hanya menebang pohon itu ?”

“Tentu saja bersedekah lebih banyak pahalanya.”

“Mengapa Kiai tidak bersedekah saja?”

“Darimana aku punya uang?”

“Nah, itulah susahnya menjadi ahli ibadah tetapi miskin. Tapi jangan khawatir, aku akan membantu Kiai. Sekarang, Kiai boleh pulang. Setelah sampai di tempat peribadatan segera periksa di bawah tikar Kiai. Disana ada dua keping dinar!” kata orang itu setengah memerintah.

“Yang benar saja ?!” Tanya Abid dengan penuh harap.

“Buktikanlah sendiri!” ujar orang asing itu meyakinkan . Bahkan setiap pagi, Kiai akan selalu mendapati dua keping dinar secara terus menerus. Nah, dengan uang itu Kiai bisa memanfaatkan buat bersedekah!”

“Darimanakah uang itu?”

“Percayalah, aku akan selalu menaruhnya setiap hari di sana!”

“Akan kubuktikan. Tapia awas jika kau main main!” ancam Abid.

“Bolehlah Kiai mematahkan leherku ini dengan kapak jika aku berbohong,” ujar jelmaan setan tersebut memberi jaminan.

Abid bergegas pulang dan segera menuju tempat peribadatannya. Dengan hati tak sabar, ia cepat cepat membuka tikar. Seketika itu, matanya terbelalak demi melihat dua keping uang dinar yang masih baru tergeletak dibawah alas tidurnya. Uang sebanyak itu sudah cukup untuk bersedekah dan memenuhi kebutuhan hidup. Bahkan masih berlebihan. Demikian pikir Abid dalam hati.


Keesokan harinya, ia membuka tikarnya kembali. Didapatinya dua keping dinar yang masih baru tergeletak. Hati Abid menjadi berbunga bunga. Namun pada hari ketiga , ia tak menemukan apa apa lagi . Hatinya menjadi sangat kecewa .

“Kurang ajar! Rupanya dia mempermainkan aku,” Abid geram.

Abid segera menyambar kapaknya. Kali ini benar benar marah dan tak akan memberi ampun kepada setan.

“Sekarang aku tak main main, Tak seorangpun boleh menghalang halangi niatku ,” demikian pikirnya dalam hati.

Ditengah jalan ia sudah dihalang kembali oleh setan yang menjelma menjadi manusia . Dia adalah musuh Abid. Aganya setan itu tahu betul rencana Abid pagi itu.

“Kau benar benar pembohong, penipu, bedebah! Anak setan!” damprat Aid menumpahkan kemarahannya.

“Kau benar, aku memang anak setan. Bahkan bapaknya setan,” kata orang itu cengengesan.

Kemarahan Abid semakin memuncak. Ia segera menyambar lengan orang itu lalu membanting sekuat tenaga. Tetapi dengan cepat pula musuhnya menyambar kaki Abid. Akibatnya, Abid menjadi roboh. Orang itu bangkit lalu menindih tubuh Abid. Leher Abid dicekiknya sampai tak bias bernafas.

“Sekarang engkau harus mengakui kalau aku lebih unggul. Saatnya kini engkau memilih, mengurungkan niat untuk menebang pohon itu atau kubunuh?!” bentak orang itu.

“Lepaskan! Aku akan mengurungkan niatku,” ujar Abid menyerah.

Musuh Abid melepaskan cengkeramannya, Abid lalu berdiri dengan sangat malu.

“Aku heran, mengapa kali ini kau dapat mengalahkan aku. Padahal beberapa hari yang lalu dengan mudah aku dapat merobohkanmu?”keluhnya.

“Dengarlah Abid!” kata orang itu seenaknya. “Mengapa dalam perkelahian yang lalu engkau lebih unggul dan menang? Sesungguhnya ketika itu niat dalam hatimu bersih, ikhlas karena Allah. Engkau menebang pohon bertujuan untuk beribadah dan memberantas syirik. Tetapi kali ini , kemarahanmu kepadaku bukan karena Allah.”

“Karena siapa ?”

“Engkau marah karena tidak mendapatkan uang dibawah tikarmu.” Jadi niatmu kali ini tidaklah bersih, tetapi demi mendapatkan uang. Lalu engkau marah. Tentu saja aku dapat mengalahkanmu dengan mudah,” kata orang itu.


Abid terdiam. Ia menyesali perbuatannya. Sekarang baru sadar kalau ia ditipu setan. Hanya karena terpengaruh uang demi kepentingan pribadi, akhirnya ia gagal menunaikan tugas sucinya.






Ashabul Kahfi
Kumpulan Hikayat Teladan
Abu Fajar Alqalami

Selasa, 20 Oktober 2009

Senin, 05 Oktober 2009

tugas agama

TUGAS AGAMA ISLAM

1. sebutkan dan jelaskan arti dari qalqalah sugro...?
2. tuliskan contoh dari seluruh huruf qalqalah kubro...?
3. tuliskan 4 kitab serta rasul penerimanya dan ringkasan isi kitab suci
tersebut...?
4.
Tuliskan Dahlil (Bukti Dari Alquran) Tentang Kitab-Kitab Suci Beserta Arti NYa?


JAWABANYA

1.Qalqalah secara bahasa, artinya at-taharruk wal-idtirab (bergerak dan gemetar).
secara istilah, Qalqalah artinya suara tambahan (pantulan) yang kuat dan jelas yg
terjadi pada huruf yang bersukun. huruf-huruf Qalqalah ada lima dan dapat di
sebut dengan BAJUDITOKO
Qalqalah sugro yaitu secara istilah ialah jika huruf Qalqalah bertanda sukun di
tengah kalimat.

2. tuliskan contoh dari seluruh huruf qalqalah kubro...?
jawab : qaf = biulhaqqi
tha = muhiitun
ba = hisaabin
jim = bahiijin
dal = somadu

3.1. kitab taurat di turunkan kepada nabi musa as. di gunung sinai. isinya
mengandung sepuluh hukum tuhan yg dikenal dengan ten commandment. kitab
taurat adalah ajaran allah dan merupakan petunjuk yg benar bagi kaum bani
israil. dalam surah al-maidah ayat 44.
2. kitab zabur diturunkan kepada nabi daud as. pokok ajarannya ialah tentang
kewajiban menyembah allah yg maha esa. dalam surah al-isra ayat 55.
3. kitab injil diturunkan kepada nabi isa as. secara garis besar sama dengan kitab
allah yang sebelumnya. firman allah dalam surah al-maidah ayat 46.
4. kitabal-qur'an diturunkan kepada nabi muhammad saw. sebagai penyempurna
kitab sebelumnya, kemurnian al-qur-an sampai saat ini dan seterusnya akan
terpelihara ke asliannya. allah menjamin bahwa al-qur-an akan selalu terjaga
keasliannya sampai akhir zaman. sesuai firman allah dalam surah al-hijr ayat 9.
4. 1. kitab taurat
artinya : sesungguhnya kami telah menurunkan kitab taurat didalamnya (ada) petunjuk
dan cahaya (yg menerangi) yg kitab ini diputuskan perkara orang-orang yahudi
oleh nabi-nabi yg menyerahkan diri kepada allah oleh orang-orang alim mereka
dan pendeta-pendeta mereka disebabkan mereka diperintahkan memelihara
kitab-kitab allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya.
2. kitab zabur
artinya : dan kami berikan kitab zabur kepada daud.
3. kitab injil
artinya : dan kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi bani israil) dengan Isa Putra Maryam,
membenarkan kitab yang s4ebelumnya, yaitu taurat. dan kami telah memberi
kan kepadanya kitab injil, sedangkan didalamnya (ada) petunjuk dan cahaya
(yang menerangi).
4. kitab al-qur'an
artinya : sungguh kami telah menurunkan Adz zikir (al-qur'an) dan sungguh kami yg akan
memeliharanya.
1 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar